Berapa massa 5 galon borgon ?
Jawab :
V borgon = 5 x 3,7 L
=
18,5 L
borgon mengandung alkohol 40%
bj borgon 40 % = 0,95097
W borgon = V x bj
=
18,5 x 0,95097
=
17,592945 gr, setara dengan 17,59 gr
Disusun oleh : 1. A. Akbar Litiaz 2. Ameliani 3. Dedi Sukmawan 4. Tiah Maharani 5. Vivi Romli
Minggu, 28 Oktober 2012
Senin, 15 Oktober 2012
Cara Pembuatan Bioetanol dari Tape Ketan Putih
(Praktikum ke-3)
I.
Tujuan
Ø
Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan tape
ketan putih
Ø
Untuk mengetahui kandungan alkohol yang terdapat
pada tape ketan putih
Ø
Untuk mengetahui manfaat tape ketan putih
sebagai bioethanol
II.
Dasar Teori
Proses cara pembuatan tape ketan putih adalah
merupakan suatu proses fermentasi tape ketan oleh jamur Saccharomyces
Cerivisiae yang mengubah karbohidrat fruktosa dan glukosa menjadi alkohol dan
karbondioksida. Selain itu juga terdapat jamur mikroorganisme yang mengubah
pati menjadi glukosa yaitu Mucor chlamidosporus dan Endomycopsis fibuligera Kedua mikroorganisme ini turut membantu dalam
mengubah pati menjadi gula sederhana (glukosa).. Manfaat tape ketan
putih yaitu bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena mengandung bakteri asam
laktat. Makanan tersebut bermanfaat untuk imunitas tubuh, menurunkan kolesterol
dan menekan sel-sel kanker. Agar bakteri asam laktat tetap berada pada tape
ketan maka harus disimpan dalam suhu yang dingin.
Dalam pembuatan tape ketan digunakan ragi
tape atau yang sering disebut sebagai “ragi” adalah starter untuk membuat tape ketan atau tape singkong. Di dalam ragi
ini terdapat mikroorganisme yang dapat
mengubah karbohidrat (pati) menjadi gula sederhana (glukosa) yang selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol.
Bberapa jenis mikroorganisme yang
terdapat dalam ragi adalah
Chlamydomucor oryzae, Rhizopus oryzae, Mucor sp., Candida sp.,
Saccharomyces cerevicae, Saccharomyces verdomanii, dan lain-lain. Pada dasarnya pembuatan ragi merupakan teknik
dalam memperbanyak mikroorganisme
yangberperan dalam pembuatan tape. Perbanyakan ini dilakukan dalam suatu medium tertentu dan setelah cukup
banyak mikroba yang tumbuh, pertumbuhannya dihentikan serta dibuat dalam
keadaan istirahat, baik dalam bentuk sel
maupun dalam bentuk sporanya. Penghentian pertumbuahn mikroba tersebut dilakukan dengan cara mengeringkan medium
tumbuhnya.
Etanol disebut juga
etil-alkohol atau alkohol saja, adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan
sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol
lainnya. Sedangkan bioetanol adalah etanol (alkohol yang paling dikenal
masyarakat) yang dibuat dengan fermentasi yang membutuhkan faktor biologis
untuk prosesnya.
III.
Alat
dan Bahan
a.
Peralatan
:
1. Pengukus nasi (langseng) 1 buah
1. Pengukus nasi (langseng) 1 buah
2. Panci atau baskom 1 buah
3. Tampah 1 buah
4. Kipas 1 buah
5. Pengaduk
6. Saringan
7. Lapisan penutup : Daun pisang, Piring, Plastik, Kain
8. Kompor
9. Penumbuk
b. Bahan :
1. Beras ketan putih ½ Kg
2. Ragi tape 1 buah (12,58 gram)
3. Air
IV.
Cara Kerja
1.
Beras Ketan Putih dicuci bersih
2.
Direndam Beras Ketan Putih selama 24 Jam
3.
Dibilas lagi Beras Ketan Putih dengan air beberapa
kali hingga bersih
4.
Kemudian dikukus Beras Ketan Putih sampai matang
5.
Setelah matang diletakkan di atas tampah kemudian didinginkan
menggunakan kipas angin
6.
Ragi ditumbuk hingga halus
7.
Setelah tape dingin kemudian dicampur ragi yang telah
halus lalu diaduk sampai merata.
8.
Ketan
yang telah ditaburi ragi, permukaan atasnya ditutup sampai rapat dengan
beberapa lapisan agar tidak terkontaminasi dengan udara.
a.
Lapisan
pertama ditutup dengan menggunakan daun pisang.
b.
Lapisan
ke-dua ditutup dengan menggunakan piring.
c.
Lapisan
ke-tiga ditutup dengan menggunakan plastik.
d.
Lapisan
ke-empat dan ke-lima ditutup dengan menggunakan kain.
9.
Kemudian
tape didiamkan selama 1 minggu pada suhu
ruangan untuk proses
fermentasi.
10.
Setelah 1 minggu, tape ketan dan airnya dipisahkan
dengan cara disaring ataupun diperas.
11.
Kemudian air ketan yang diperoleh didestilasi hingga
menghasilkan uap untuk menjadi alkohol.
12.
Untuk mengetahui adanya kandungan alkohol, dilakukan
analisis kuantitatif dengan cara membakar alkohol yang diperoleh hingga
terlihat adanya api.
v Yang harus
diperhatikan dalam Cara
Membuat Tape Ketan
· Untuk takaran ragi harus
tepat
· Apabila kebanyakan
ragi akan mempercepat proses fermentasi dan menyebabkan tape terasa pengar
· Apabila terlalu
sedikit menyebabkan tape tidak manis dan terasa keras
· Jenis ragi yang
digunakan dapat menentukan juga kualitas tape ketan yang dihasilkan
V.
Hasil Pengamatan
VI.
Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan pembuatan tape ketan dengan cara fermentasi diperoleh
air ketan putih sebanyak 600 ml. Hal ini
dikarenakan hasil fermentasi yang dilakukan dalam waktu 7 hari akan menghasilkan
air ketan yang cukup banyak sedangkan alkoholnya sedikit karena dalamm waktu 7
hari tersebut tape ketan yang dibuat sudah terlalu matang
Dari hasil persobaan terjadi perubahan rasa, bau, dan tekstur.
Yaitu terasa manis asam dan memiliki cita rasa akohol, aroma alkohol tercium
kuat, tekstur berair, Karena dalam proses permentasi terjadi perubahan hidrolis
pati menjadi glukosa dan maltose yang akan memberikan rasa manis serta
perubahan gula menjadi alkohol dan asam organik yang disebabkan oleh
adanya jamur Saccharomyces Cerivisiae.
Pada proses destilasi air ketan yang digunakan dari masing-masing tape
ketan adalah 300 ml sehingga alkohol yang diperoleh sebanyak serta sebanyak 5
ml untuk tape ketan putih. Hal ini dikarenakan dengan adanya beras ketan putih digunakan
pada pembuatan tape sebanyak 0,5 kg Ketika dilakukan proses destilasi uap yang dihasilkan
lama, sehingga kandungan alkohol yang dihasilkan sedikit..
.
VII.
Kesimpulan
ü Pembuatan alkohol atau etanol dapat
dihasilkan dari tape ketan putih.
ü Alkohol yang dihasilkan oleh tape ketan putih
5 ml.
ü Dari
hasil persobaan terjadi perubahan rasa, bau, dan tekstur
setelah difermentasi.
VIII.
Daftar
Pustaka
http://abynoel.wordpress.com/2008/08/15/bioteknologi/ (Diunduh pada tanggal 19 Septemeber 2012
pukul 20:00 wib)
http://blog.mooiewinkel.com/cara-membuat-tape-ketan-putih/ (Diunduh pada tanggal 19 September
2012 pukul 20.05 wib)
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/DIANA_ROCHINTANIAWATI/BIOLOGY_TERAPAN/PEMBUATAN_RAGI_TAPE_%26_TAPE.pdf (Diunduh pada tanggal 19 september
2012 pukul 20:35 wib)
http://gradienfmipaunib.files.wordpress.com/2008/07/teja.pdf (diunduh pada tanggal 19 September
2012 pukul 19:56 wib)
Minggu, 14 Oktober 2012
Laporan Praktikum ke-2 “Distilasi dan Pembuatan Bioethanol dari Tape Ketan Putih dan Hitam”
Laporan Praktikum ke-2 “Distilasi dan Pembuatan Bioethanol dari Tape Ketan Putih dan Hitam”
I. Dasar Teori
Bio-etanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan) di samping Biodiesel. Bio-etanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses destilasi. Proses destilasi dapat menghasilkan etanol dengan kadar 95% volume, untuk digunakan sebagai bahan bakar (biofuel) perlu lebih dimurnikan lagi hingga mencapai 99% yang lazim disebut fuel grade ethanol (FGE). Proses pemurnian dengan prinsip dehidrasi umumnya dilakukan dengan metode Molecular Sieve, untuk memisahkan air dari senyawa etanol. Bahan baku bio-etanol yang dapat digunakan antara lain ubi kayu, tebu, sagu dan lain-lain.
Proses produksi Bio-etanol
Secara umum, proses pengolahan bahan berpati seperti ubi kayu, jagung dan sagu untuk menghasilkan bio-etanol dilakukan dengan proses urutan. Pertama adalah proses hidrolisis, yakni proses konversi pati menjadi glukosa. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan a-glikosidik. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas, fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus dengan ikatan a-(1,4)-D-glikosidik sedangkan amilopektin mempunyai struktur bercabang dengan ikatan a-(1,6)-D-glikosidik sebanyak 4-5% dari berat total. Prinsip dari hidrolisis pati pada dasarnya adalah pemutusan rantai polimer pati menjadi unit-unit dekstrosa (C6H12O6). Pemutusan rantai polimer tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode, misalnya secara enzimatis, kimiawi ataupun kombinasi keduanya. Hidrolisis secara enzimatis memiliki perbedaan mendasar dibandingkan hidrolisis secara kimiawi dan fisik dalam hal spesifitas pemutusan rantai polimer pati.
Hidrolisis secara kimiawi dan fisik akan memutus rantai polimer secara acak, sedangkan hidrolisis enzimatis akan memutus rantai polimer secara spesifik pada percabangan tertentu. Enzim yang digunakan adalah alfa-amilase pada tahap likuifikasi, sedangkan tahap sakarifikasi digunakan enzim glukoamilase. Berdasarkan penelitian, penggunaan a-amilase pada tahap likuifikasi menghasilkan DE tertinggi yaitu 50.83 pada konsentrasi a-amilase 1.75 U/g pati dan waktu likuifikasi 210 menit, dan glukoamilase pada tahap sakarifikasi menghasilkan DE tertinggi yaitu 98.99 pada konsentrasi enzim 0.3 U/g pati dengan waktu sakarifikasi 48 jam. Tahap kedua adalah proses fermentasi untuk mengkonversi glukosa (gula menjadi etanol dan CO2.
Fermentasi etanol adalah perubahan 1 mol gula menjadi 2 mol etanol dan 2 mol CO2. Pada proses fermentasi etanol, khamir terutama akan memetabolisme glukosa dan fruktosa membentuk asam piruvat melalui tahapan reaksi pada jalur Embden-Meyerhof-Parnas, sedangkan asam piruvat yang dihasilkan akan didekarboksilasi menjadi asetaldehida yang kemudian mengalami dehidrogenasi menjadi etanol (Amerine et al., 1987). Khamir yang sering digunakan dalam fermentasi alkohol adalah Saccharomyces cerevisiae, karena jenis ini dapat berproduksi tinggi, toleranterhadap alkohol yang cukup tinggi (12-18% v/v), tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan fermentasi pada suhu 4-32oC.
Setelah proses fermentasi selesai, dilakukan destilasi untuk memisahkan etanol. Distilasi merupakan pemisahan komponen berdasarkan titik didihnya. Titik didih etanol murni adalah 78oC sedangkan air adalah 100oC (Kondisi standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 – 100oC akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 % volume.
Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan hasil distilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi dari azeotrope tetap konstan dalam pemberian atau penambahan tekanan. Akan tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap, yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling memengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan.
Azeotrop dapat didistilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air. Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi. Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult.
Efektifitas Distilasi
Secara teori, hasil distilasi dapat mencapai 100% dengan cara menurunkan tekanan hingga 1/10 tekanan atmosfer. Dapat pula dengan menggunakan distilasi azeotrop yang menggunakan penambahan pelarut organik dan dua distilasi tambahan, dan dengan menggunakan penggunaan cornmeal yang dapat menyerap air baik dalam bentuk cair atau uap pada kolom terakhir. Namun, secara praktek tidak ada distilasi yang mencapai 100%.
II. Alat dan Bahan
Bahan :
• 1 liter beras ketan putih
• ½ liter beras ketan hitam
• 1 buah ragi (12,58 gr Saccharomyces sp.)
• Air secukupnya
Alat :
• Kompor gas
• Panci penanak nasi
• Nampan ukuran besar
• Saringan teh
• Plastik kue ukuran besar
III. Prosedur Kerja
Cara Kerja :
• Beras Ketan hitam dan ketan putih dicampur dan dicuci, kemudian direndam dengan air selama 1 hari.
• Kemudian, pengukus nasi dipanaskan, ketan yang sudah direndam, airnya dibuang dan masukkan ketan ke dalam pengukus nasi, ketan di kukus selama 40 menit.
• Setelah dikukus, nasi ketan diangkat dan didinginkan. Setelah nasi ketan kemudian ketan di taburi ragi.
• Nasi ketan yang sudah ditaburi ragi dibungkus dengan plastik sehingga tidak ada udara dapat masuk kemudian ditempatkan pada wadah yang kedap udara selama 3-4 hari (fermentasi).
• Setelah 3-4 hari air tape dipisahkan dengan cara diperas, kemudian dilakukan distilasi dengan alat distilasi sederhana yang telah kami buat.
IV. Hasil dan Analisa
Dalam percobaan distilasi pembuatan ethanol dari tape ketan putih dan hitam ini didapatkan hasil yaitu :
• Setelah distilasi selama ± 2 jam didapatkan ethanol ± 20 ml dengan menggunakan alat distilasi.
Analisa
Setelah didapatkan ethanol hasil distilasi, kemudian dilakukan analisa untuk membuktikan apakah distilasi ethanol dari tape ketan berhasil menghasilkan ethanol.
• Uji nyala api
Ujia nyala api ini dilakukan untuk mengecek keberadaan ethanol dengan cara :
- Sekitar 5 tetes ethanol hasil distilasi di teteskan pada tisue sehingga membasahi seluruh tisue.
- Kemudian tisue dimasukan kedalam cawan dan dibakar dengan api.
Hasilnya adalah tisue dapat terbakar dan dihasilkan sedikit api biru, dimana api biru ini merupakan api yang dihasilkan dari pembakaran ethanol. Meskipun analisa ini merupakan analisa kasar (kualitatif) dari uji ethanol dan keefektifannya kurang, akan tetapi analisa ini dapat dijadikan suatu bukti bahwa terdapat ethanol ada hasil distilasi air tape ketan.
• Oksidasi dengan K2Cr2O7
Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi yang berbeda 2 ml K2Cr2O7 2% dan tambahkan 5 tetes H2SO4 pekat. Goyangkan tabung reaksi tersebut kemudian tambahkan ke dalam tabung reaksi pertama 1 ml etanol. Hasil dari uji ini didapatkan hasil positif yaitu perubahan warna jingga larutan menjadi hijau, hal ini menandakan adanya ethanol dalam sampel.
V. Kesimpulan
- Dari campuran ketan hitam dan putih dihasilkan etanol sebanyak 20 mL.
- Dari uji nyala dan oksidasi dengan K2Cr2O7 terbukti terdapat kandungan etanol.
VI. Daftar Pustaka
• Nurbayti. Siti. 2006. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Fakultas Sains dan teknologi UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta.
• Hasanah. Hafidatul. 2008. Skirpsi : Pengaruh Lama Fermentasi Alkohol Tape Ketan Hitam dan Tape Singkong. UIN Malang : Malang.
• Atmojo. K. P. 2006. Pengaruh Variasi Beras Ketan dan Suhu Fermentasi Terhadap Produksi Alkohol. Fakultas Biologi Universitas Atma Jaya Jogjakarta. Jogjakarta.
I. Dasar Teori
Bio-etanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan) di samping Biodiesel. Bio-etanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses destilasi. Proses destilasi dapat menghasilkan etanol dengan kadar 95% volume, untuk digunakan sebagai bahan bakar (biofuel) perlu lebih dimurnikan lagi hingga mencapai 99% yang lazim disebut fuel grade ethanol (FGE). Proses pemurnian dengan prinsip dehidrasi umumnya dilakukan dengan metode Molecular Sieve, untuk memisahkan air dari senyawa etanol. Bahan baku bio-etanol yang dapat digunakan antara lain ubi kayu, tebu, sagu dan lain-lain.
Proses produksi Bio-etanol
Secara umum, proses pengolahan bahan berpati seperti ubi kayu, jagung dan sagu untuk menghasilkan bio-etanol dilakukan dengan proses urutan. Pertama adalah proses hidrolisis, yakni proses konversi pati menjadi glukosa. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan a-glikosidik. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas, fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus dengan ikatan a-(1,4)-D-glikosidik sedangkan amilopektin mempunyai struktur bercabang dengan ikatan a-(1,6)-D-glikosidik sebanyak 4-5% dari berat total. Prinsip dari hidrolisis pati pada dasarnya adalah pemutusan rantai polimer pati menjadi unit-unit dekstrosa (C6H12O6). Pemutusan rantai polimer tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode, misalnya secara enzimatis, kimiawi ataupun kombinasi keduanya. Hidrolisis secara enzimatis memiliki perbedaan mendasar dibandingkan hidrolisis secara kimiawi dan fisik dalam hal spesifitas pemutusan rantai polimer pati.
Hidrolisis secara kimiawi dan fisik akan memutus rantai polimer secara acak, sedangkan hidrolisis enzimatis akan memutus rantai polimer secara spesifik pada percabangan tertentu. Enzim yang digunakan adalah alfa-amilase pada tahap likuifikasi, sedangkan tahap sakarifikasi digunakan enzim glukoamilase. Berdasarkan penelitian, penggunaan a-amilase pada tahap likuifikasi menghasilkan DE tertinggi yaitu 50.83 pada konsentrasi a-amilase 1.75 U/g pati dan waktu likuifikasi 210 menit, dan glukoamilase pada tahap sakarifikasi menghasilkan DE tertinggi yaitu 98.99 pada konsentrasi enzim 0.3 U/g pati dengan waktu sakarifikasi 48 jam. Tahap kedua adalah proses fermentasi untuk mengkonversi glukosa (gula menjadi etanol dan CO2.
Fermentasi etanol adalah perubahan 1 mol gula menjadi 2 mol etanol dan 2 mol CO2. Pada proses fermentasi etanol, khamir terutama akan memetabolisme glukosa dan fruktosa membentuk asam piruvat melalui tahapan reaksi pada jalur Embden-Meyerhof-Parnas, sedangkan asam piruvat yang dihasilkan akan didekarboksilasi menjadi asetaldehida yang kemudian mengalami dehidrogenasi menjadi etanol (Amerine et al., 1987). Khamir yang sering digunakan dalam fermentasi alkohol adalah Saccharomyces cerevisiae, karena jenis ini dapat berproduksi tinggi, toleranterhadap alkohol yang cukup tinggi (12-18% v/v), tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan fermentasi pada suhu 4-32oC.
Setelah proses fermentasi selesai, dilakukan destilasi untuk memisahkan etanol. Distilasi merupakan pemisahan komponen berdasarkan titik didihnya. Titik didih etanol murni adalah 78oC sedangkan air adalah 100oC (Kondisi standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 – 100oC akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 % volume.
Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan hasil distilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi dari azeotrope tetap konstan dalam pemberian atau penambahan tekanan. Akan tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap, yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling memengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan.
Azeotrop dapat didistilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air. Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi. Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult.
Efektifitas Distilasi
Secara teori, hasil distilasi dapat mencapai 100% dengan cara menurunkan tekanan hingga 1/10 tekanan atmosfer. Dapat pula dengan menggunakan distilasi azeotrop yang menggunakan penambahan pelarut organik dan dua distilasi tambahan, dan dengan menggunakan penggunaan cornmeal yang dapat menyerap air baik dalam bentuk cair atau uap pada kolom terakhir. Namun, secara praktek tidak ada distilasi yang mencapai 100%.
II. Alat dan Bahan
Bahan :
• 1 liter beras ketan putih
• ½ liter beras ketan hitam
• 1 buah ragi (12,58 gr Saccharomyces sp.)
• Air secukupnya
Alat :
• Kompor gas
• Panci penanak nasi
• Nampan ukuran besar
• Saringan teh
• Plastik kue ukuran besar
III. Prosedur Kerja
Cara Kerja :
• Beras Ketan hitam dan ketan putih dicampur dan dicuci, kemudian direndam dengan air selama 1 hari.
• Kemudian, pengukus nasi dipanaskan, ketan yang sudah direndam, airnya dibuang dan masukkan ketan ke dalam pengukus nasi, ketan di kukus selama 40 menit.
• Setelah dikukus, nasi ketan diangkat dan didinginkan. Setelah nasi ketan kemudian ketan di taburi ragi.
• Nasi ketan yang sudah ditaburi ragi dibungkus dengan plastik sehingga tidak ada udara dapat masuk kemudian ditempatkan pada wadah yang kedap udara selama 3-4 hari (fermentasi).
• Setelah 3-4 hari air tape dipisahkan dengan cara diperas, kemudian dilakukan distilasi dengan alat distilasi sederhana yang telah kami buat.
IV. Hasil dan Analisa
Dalam percobaan distilasi pembuatan ethanol dari tape ketan putih dan hitam ini didapatkan hasil yaitu :
• Setelah distilasi selama ± 2 jam didapatkan ethanol ± 20 ml dengan menggunakan alat distilasi.
Analisa
Setelah didapatkan ethanol hasil distilasi, kemudian dilakukan analisa untuk membuktikan apakah distilasi ethanol dari tape ketan berhasil menghasilkan ethanol.
• Uji nyala api
Ujia nyala api ini dilakukan untuk mengecek keberadaan ethanol dengan cara :
- Sekitar 5 tetes ethanol hasil distilasi di teteskan pada tisue sehingga membasahi seluruh tisue.
- Kemudian tisue dimasukan kedalam cawan dan dibakar dengan api.
Hasilnya adalah tisue dapat terbakar dan dihasilkan sedikit api biru, dimana api biru ini merupakan api yang dihasilkan dari pembakaran ethanol. Meskipun analisa ini merupakan analisa kasar (kualitatif) dari uji ethanol dan keefektifannya kurang, akan tetapi analisa ini dapat dijadikan suatu bukti bahwa terdapat ethanol ada hasil distilasi air tape ketan.
• Oksidasi dengan K2Cr2O7
Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi yang berbeda 2 ml K2Cr2O7 2% dan tambahkan 5 tetes H2SO4 pekat. Goyangkan tabung reaksi tersebut kemudian tambahkan ke dalam tabung reaksi pertama 1 ml etanol. Hasil dari uji ini didapatkan hasil positif yaitu perubahan warna jingga larutan menjadi hijau, hal ini menandakan adanya ethanol dalam sampel.
V. Kesimpulan
- Dari campuran ketan hitam dan putih dihasilkan etanol sebanyak 20 mL.
- Dari uji nyala dan oksidasi dengan K2Cr2O7 terbukti terdapat kandungan etanol.
VI. Daftar Pustaka
• Nurbayti. Siti. 2006. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Fakultas Sains dan teknologi UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta.
• Hasanah. Hafidatul. 2008. Skirpsi : Pengaruh Lama Fermentasi Alkohol Tape Ketan Hitam dan Tape Singkong. UIN Malang : Malang.
• Atmojo. K. P. 2006. Pengaruh Variasi Beras Ketan dan Suhu Fermentasi Terhadap Produksi Alkohol. Fakultas Biologi Universitas Atma Jaya Jogjakarta. Jogjakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)